Translate

Selasa, 27 Maret 2012

SEKOLAH SEBAGAI WADAH PENGEMBANGAN KESADARAN MULTIKULTURAL


SEKOLAH SEBAGAI WADAH PENGEMBANGAN
KESADARAN MULTIKULTURAL

Sekolah merupakan wadah vital dalam pembentukan karakter sebuah bangsa, karena merupakan tempat dimana anak bangsa menempuh pendidikan secara formal dan bahkan sebagai tempat bersosial seorang siswa yang pada hakikatnya tidak memakan waktu singkat. Kurang lebih setiap anak menghabiskan waktu di sekolah sekitar 6-7 jam perhari. Sehingga tak salah kalau seandainya sekolah merupakan media yang berperan besar untuk pembentukan karakter seorang siswa yang  tentunya tanpa mengesampingkan peran sebuah proses pendidikan dalam sekolah tersebut juga.
            Dalam hal ini, sekolah sebagai wadah untuk menemukan pendidikan sebagai penempaan diri anak bangsa, memiliki peran penting yang selayaknya tidak hanya sebagai tempat untuk mentransfer ilmu maupun sekedar lepas kewajiban pada anak-anak didik. Lebih dari itu, sekolah selayaknya mampu menanamkan karakter positif bagi anak-anak didik, sehingga anak-anak bangsa memiliki kepribadian yang mempunyai konsistensi diri serta kesadaran sosial humanis yang peka terhadap perubahan konstruk sosial yang sangat dinamis. Oleh sebab itu, kesadaran yang harus ditanamkan pada setiap siswa adalah kesadaran multikultural yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya jika dipandang sebagai sebuah karunia Tuhan Sang Pencipta. Kaitannya dengan itu, Indonesia yang notabene merupakan negara yang multi dimensi, baik agama, suku, ras, budaya serta adat dan istiadat menjadi sebuah warna tersendiri sekaligus menjadi tantangan tersendiri pula untuk mengelola dan menata bangsa ini yang sepantasnya menjadi kebanggaan tersendiri bagi setiap anak bangsa pula.
Sekolah sebagai pusat menimba ilmu, seharusnya mampu membentuk siswa atau anak bangsa yang sadar akan multikultural semacam ini. Sekolah seyogianya bukan tempat untuk menumbuh kembangkan fanatisme, eksklusifisme, serta berbagai isme-isme lainnya yang memicu pada konflik sara, terlebih-lebih konflik agama yang sudah sering terjadi di negara kita akhir-akhir ini.
            Pada ranah proses, ada tiga hal yang harus mendapat perhatian khusus oleh setiap sekolah secara khusus, yaitu proses ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib yang ketiga-tiganya tidak bisa saling lepas. Secara bahasa, ta’lim satu asal kata dengan ilmu. Sehingga ta’lim adalah pemberian ilmu pengetahuan atau proses transferisasi ilmu pengetahuan. Adapun tarbiyah berasal dari kata Rabb (Tuhan) yang berarti memelihara. Sementara itu, term ta’dib satu dasar kata dengan adab, sehingga ta’dib adalah proses pembentukan adab.
Dalam pada itu, sekolah jangan sampai mencukupkan diri pada ‘ta’lim’ semata yang lebih berorientasi pada pentransferan ilmu berupa informasi melalui buku, media dan lain-lain. Setidaknya proses ta’lim harus disempurnakan dengan tarbiyah dan ta’dib. Jika ta’lim hanya berorientasi pada sebuah transferisasi ilmu dan informasi pada anak didik, maka pada proses tarbiyah sudah harus dimulai dengan training diri dengan kesadaran tanggung jawab bagi lingkungannya, karena pada tataran ini, sekolah dituntut memiliki peran dan tanggung jawab untuk membina, membimbing dan memelihara anak didik. Langkah selanjutnya adalah ta’dib yang lebih menitik beratkan proses atau usaha dalam menciptakan anak didik yang penuh dengan kasih sayang, serta melibatkan anak-anak untuk berperan aktif dengan kegiatan yang bisa memimbulkan empati terhadap sesama. Singkatnya pada ketiga aspek ini dituntut kreatifitas sekolah, secara khusus kreatifitas seorang guru untuk meramu metode dan bahan ajar yang disampaikan pada anak didik, sehingga tidak terkesan menanamkan sifat kebencian terhadap perbedaan, namun harus lebih mengedepankan kasih sayang, cinta dan perdamaian. 
            Baik ta’lim, tarbiyah maupun ta’dib menjadi tanggung jawab penuh bagi sekolah yang masing-masing harus didapatkan oleh setiap anak didik. Sehingga kalaulah seandainya ketiga proses ini menjadi acuan bagi sekolah untuk menanamkan kesadaran multikultural bagi setiap anak didik, maka tak mustahil jika kekerasan maupun konflik sara di negara kita Indonesia yang berasaskan Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika akan menjadi negara acuan sekaligus negara panutan bagi negara lain yang mampu menjaga ketertiban dan perdamaian. Bagaimanapun juga, sekolah adalah wadah bagi anak bangsa untuk menemukan ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan adalah kunci untuk menciptakan peradaban yang maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar