SEKOLAH SEBAGAI
WADAH PENGEMBANGAN
KESADARAN
MULTIKULTURAL
Sekolah
merupakan wadah vital dalam pembentukan karakter sebuah bangsa, karena
merupakan tempat dimana anak bangsa menempuh pendidikan secara formal dan
bahkan sebagai tempat bersosial seorang siswa yang pada hakikatnya tidak
memakan waktu singkat. Kurang lebih setiap anak menghabiskan waktu di sekolah
sekitar 6-7 jam perhari. Sehingga tak salah kalau seandainya sekolah merupakan
media yang berperan besar untuk pembentukan karakter seorang siswa yang tentunya tanpa mengesampingkan peran sebuah
proses pendidikan dalam sekolah tersebut juga.
Dalam hal ini,
sekolah sebagai wadah untuk menemukan pendidikan sebagai penempaan diri anak
bangsa, memiliki peran penting yang selayaknya tidak hanya sebagai tempat untuk
mentransfer ilmu maupun sekedar lepas kewajiban pada anak-anak didik. Lebih
dari itu, sekolah selayaknya mampu menanamkan karakter positif bagi anak-anak
didik, sehingga anak-anak bangsa memiliki kepribadian yang mempunyai
konsistensi diri serta kesadaran sosial humanis yang peka terhadap perubahan
konstruk sosial yang sangat dinamis. Oleh sebab itu, kesadaran yang harus
ditanamkan pada setiap siswa adalah kesadaran multikultural yang merupakan
kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya jika dipandang sebagai
sebuah karunia Tuhan Sang Pencipta. Kaitannya dengan itu, Indonesia yang
notabene merupakan negara yang multi dimensi, baik agama, suku, ras, budaya
serta adat dan istiadat menjadi sebuah warna tersendiri sekaligus menjadi
tantangan tersendiri pula untuk mengelola dan menata bangsa ini yang
sepantasnya menjadi kebanggaan tersendiri bagi setiap anak bangsa pula.
Sekolah sebagai
pusat menimba ilmu, seharusnya mampu membentuk siswa atau anak bangsa yang
sadar akan multikultural semacam ini. Sekolah seyogianya bukan tempat untuk menumbuh
kembangkan fanatisme, eksklusifisme, serta berbagai isme-isme lainnya
yang memicu pada konflik sara, terlebih-lebih konflik agama yang sudah sering
terjadi di negara kita akhir-akhir ini.
Pada
ranah proses, ada tiga hal yang harus mendapat perhatian khusus oleh setiap
sekolah secara khusus, yaitu proses ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib
yang ketiga-tiganya tidak bisa saling lepas. Secara bahasa, ta’lim satu
asal kata dengan ilmu. Sehingga ta’lim adalah pemberian ilmu pengetahuan
atau proses transferisasi ilmu pengetahuan. Adapun tarbiyah
berasal dari kata Rabb (Tuhan) yang berarti memelihara. Sementara itu,
term ta’dib satu dasar kata dengan adab, sehingga ta’dib adalah
proses pembentukan adab.
Dalam pada itu,
sekolah jangan sampai mencukupkan diri pada ‘ta’lim’ semata yang lebih
berorientasi pada pentransferan ilmu berupa informasi
melalui buku, media dan lain-lain. Setidaknya proses ta’lim harus disempurnakan dengan tarbiyah dan ta’dib. Jika ta’lim hanya berorientasi pada sebuah transferisasi ilmu dan
informasi pada anak didik, maka pada proses tarbiyah sudah harus dimulai dengan training diri dengan kesadaran
tanggung jawab bagi lingkungannya, karena pada tataran ini, sekolah dituntut
memiliki peran dan tanggung jawab untuk membina, membimbing dan memelihara anak
didik. Langkah selanjutnya adalah ta’dib yang lebih menitik beratkan proses atau usaha dalam
menciptakan anak didik yang penuh dengan kasih sayang, serta melibatkan
anak-anak untuk berperan aktif dengan kegiatan yang bisa memimbulkan empati
terhadap sesama. Singkatnya pada ketiga aspek ini dituntut
kreatifitas sekolah, secara khusus kreatifitas seorang guru untuk meramu metode
dan bahan ajar yang disampaikan pada anak didik, sehingga tidak terkesan
menanamkan sifat kebencian terhadap perbedaan, namun harus lebih mengedepankan
kasih sayang, cinta dan perdamaian.
Baik ta’lim,
tarbiyah maupun ta’dib menjadi tanggung jawab penuh bagi sekolah
yang masing-masing harus didapatkan oleh setiap anak didik. Sehingga kalaulah
seandainya ketiga proses ini menjadi acuan bagi sekolah untuk menanamkan
kesadaran multikultural bagi setiap anak didik, maka tak mustahil jika kekerasan
maupun konflik sara di negara kita Indonesia yang berasaskan Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika akan menjadi negara acuan sekaligus negara
panutan bagi negara lain yang mampu menjaga ketertiban dan perdamaian.
Bagaimanapun juga, sekolah adalah wadah bagi anak bangsa untuk menemukan ilmu
pengetahuan, dan ilmu pengetahuan adalah kunci untuk menciptakan peradaban yang
maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar