Perbincangan
masalah agama, selalu menarik karena sensitif dan seksi. Sensitif karena agama
merupakan keyakinan atau kepercayaan yang tumbuh dan mengakar dalam diri setiap
individu, sehingga posisinya sangat sakral dan suci. Sementara itu, agama
sesalu seksi disebabkan dihinggapi atau dikelilingi oleh unsur eksternal dari
agama dan penganutnya sendiri. Baik dari unsur budaya, adat istiadat, tradisi,
dan bahkan politik. Serta berbagai unsur eksternal lainnya. Masalah akan lebih
rumit ketika berbagai unsur eksternal tersebut saling tarik-menarik atas nama
agama sesuai dengan kepentingan dan tujuan masing-masing sekaligus
mengesampingkan atau bahkan menafikan unsur atau pihak lain.
Mengingat begitu sensitif dan seksinya isu
agama, ternyata berimbas besar pada bulan politik saat ini. Waktu kampanye yang
hanya 1 bulan, yaitu dari tanggal 04 Juni hingga 05 Juli 2014, isu agama banyak didengungkan ke ranah publik,
terlebih-lebih di media massa, baik cetak, atau elektronik, dan bahkan di media
online sosial media. Mulai dari penggunaan istilah “Perang Badar” yang
seolah-olah menanamkan pemahaman “permusuhan dan pertempuran sengit” antara
kebenaran dengan kebatilan, hingga isu agama yang dianut oleh capres-cawapres,
bahkan agama yang dianut oleh garis keturunan sebelum dan sesudahnya.
Terlepas dari istilah black campaign
atau negative campaign, permasalahan agama sebenarnya tidak layak
dijadikan sebagai alat politik pragmatis, karena akan menghilangkan nilai
kesucian dan kesakralan agama tersebut. Di sisi lain, isu agama tidak harus
diumbar karena secara historis negara Indonesia bukanlah negara yang dimiliki
dan diperjuangkan oleh salah satu agama tertentu. Sejarah Indoensia telah
membuktikan, bahwa Indonesia diperjuangan oleh para pahlawan dari berbagai
macam suku, ras, golongan, dan agama. Sementara secara normatif/undang-undang
atau konstitusi, Indonesia pun di dasarkan pada Pancasila, bukan pada asas salah
satu agama tertentu. Oleh sebab itu, apa pun agama capres-cawapres, hak
konstitusi mereka dilindungi oleh undang-undang yang berdasarkan Pancasila serta
dilindungi oleh UUD 1945 untuk menjadi pemimpin bangsa ini. Dengan demikian,
atas nama keadilan siapa pun boleh jadi pemimpin di negri ini.
Perlu diketahui dan difahami bersama
bahwa politik pemilihan capres dan cawapres bukanlah perang atau permusuhan
melawan kebatilan dan ketidak benaran. Namun, pemilihan capres-cawapres
merupakan kontestasi politik yang akan melahirkan putra-putra terbaik bangsa
nantinya. Dalam bahasa agama sering dikenal dengan istilah “fastabiqul
khairat” (berlomba-lombalah dalam kebaikan dan kebenaran). Oleh sebab itu,
tidak perlu membawa dan memasukkan isu agama dalam politik praktis sebagai
media untuk menyerang dan menjatuhkan pihak lain. Karena hakikat agama adalah sakral
dan suci yang memiliki nilai perdamaian dan kasih. Biarkanlah agama hidup dan
tumbuh dalam diri masing-masing penganutnya untuk membangun nilai spiritual, serta
menjadi sumber semangat, dan inspirasi.
Dalam konteks negara Indonesia yang
mayoritas muslim, tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan terhadap siapa pun
calon pemimpin Indonesia. Undang-undang negara sudah sangat matang untuk
melindungi hak-hak seluruh rakyat Indonesia. Di sisi lain, salah satu ulama
besar terkemuka, Syaikh Ibn Taymiyah serta diperkuat oleh tokoh cendekiawan
muslim Indonesia, Alwi Shihab berkata, bahwa pemimpin non muslim yang adil,
lebih baik daripada pemimpin muslim yang zhalim. Ini artinya bahwa untuk
masalah kepemimpinan atau dalam hal ini presiden, siapa pun berhak dan boleh
tanpa pandang ras, suku, warna kulit, dan agama serta antar golongan lainnya.
Dengan syarat mutlak, yaitu “keadilan.”
Akhirnya, dengan sikap inklusifisme
beragama, semoga pemilihan capres-cawapres tahun 2014-2019 ini bisa lebih
indah, damai dan harmonis serta kondusif. Agar pembangunan bangsa ini bisa
lebih maju dan beradab ke depannya. Jika prosesi pemilihan capres-cawapres
sudah diselimuti oleh black campaign/negative campaign yang sangat panas
dan tidak fair yang menghalalkan segala cara, maka dikhawatirkan pada
akhirnya akan lebih banyak lagi permasalahan muncul di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar