Translate

Rabu, 12 Juni 2013

Dan Tuhan pun Berdialog dengan Iblis

Dan Tuhan pun Berdialog dengan Iblis
    Iblis sampai kapan pun akan selalu dikenal oleh manusia sebagai musuh abadi. Pemahaman atas kutukan Tuhan terhadap Iblis semacam ini tentunya dikenal dalam keyakinan setiap agama di muka bumi ini, terebih-lebih dalam agama samawi (Yahudi, Nasrani, Islam) kerena di berbagai kitab agama samawi manapun Iblis dikenal sebagai penyebab terperosoknya manusia ke lembah kehinaan, bahkan agama non samawi sekalipun masih menyatakan secara tegas sosok Iblis yang seram dan menakutkan. Kalau dibandingkan dengan Tuhan, tentunya Iblis tidak ada apa-apanya, karena Tuhan selalu pasti Yang Maha Besar, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tinggi, Yang Maha Kaya dan berbagai Maha yang lainnya. Namun demikian, sering kali manusia lupa kalau Tuhan juga Maha Dialogis. Lihat saja contohnya ketika Iblis disuruh oleh Tuhan untuk sujud kepada Adam, dengan kesombongannya, Iblis tidak mau dan menolak hanya karena merasa lebih mulia dan agung daripada Adam.
    Namun demikian, Tuhan yang Maha Besar, kok gak mau ya memaksa Iblis? Coba kalau seandainya Tuhan juga egois, pasti saat itu Iblis dimatikan atau dicabut nyawanya seketika, atau kata lainnya dipencet sampai hangus. Tapi menurut penulis sih, karena memang Tuhan Maha Dialogis, Dia tidak mau seenaknya saja, hanya gara-gara masalah pribadi harus menggunakan kekuasaannya semena-mena. Selain itu, kalau Tuhan juga hanya gara-gara permasalahan pribadi dengan Iblis, kemudian serta merta menggunakan kekuasaannya, berarti Tuhan “sentimentil” donk?
    Nah, bandingkan coba dengan kisah-kisah manusia saat ini. Kita lihat saja kisah biadab sekelompok manusia yang punya kuasa yang seenaknya saja membunuh orang lain, padahal nyawa pemberian Tuhan, kalau pemberian nenek moyangnya sih masih bisa ditolerir, tapi nyawa kita kan pemberian Tuhan, tapi kok berani ya ngambilnya dari orang lain? Nyawa cuma satu, tapi karena gara-gara gak punya power atau kekuasaan, jadinya gak berarti, murah dan gak bisa diperjuangkan apalagi harus dihargai. Apa memang karena para penguasa berfikir kalau nyawa itu bisa diganti rugi ya???? Hahaha, kayaknya sih memang seperti itu, buktinya kita sering dengarkan ada dana kompensasi atau ganti rugi bagi korban jiwa. Dana kopensasi simbah atau nenek moyang mereka kali ya.....
    Dari masa ke masa ternyata manusia Indonesia semakin beringas dan haus darah. Bangsa yang dulu dikenal ramah, sopan dan suka gotong royong, ternyata sekarang menjadi bangsa yang egois, individualis, dan suka menggotong harta dan nyawa orang lain. Dari kasus makam mbah priok, kasus Ahmadiyah, kasus Mesuji, kasus Bima, kasus Pesantren di Sampang, kasus Gereja di Bekasi sampai adanya kasus penikaman terhadap pendeta ketika akan melaksanakan ibadah, kasus pengusiran secara brutal terhadap seminar yang diadakan di berbagai daerah dengan Irshad Manji atau bedah buku “Allah, Love and Liberty yang sampai melakukan hal anarkis seperti pengrusakan fasilitas di kantor LKis. ”Wah,,,, wah,,, wah,,,, miris rasanya melihat kenyataan seperti ini. Katanya orang Indonesia sopan, santun, masyarakat gotong royong? Tapi masalah kemanusiaan selalu saja terjadi.. Parahnya lagi ini ya.... dilakukan oleh orang berseragam gagah, berwibawa, suaranya lantang. Ya iyalah, kan mereka memang latihannya seperti itu? Coba kalau mereka dilatih jalan-jalan memberi makan orang miskin, dilatih solat jama’ah dan zikir bersama, beribadah ke gereja dengarin khotbah kedamaian, dibawa ke pura untuk semedi mendengar kata hati nurani, pasti mereka juga tidak akan berani memukul orang lain, membabi buta menembaki orang lain, apalagi membiarkan orang terbunuh di bawah kaki mereka. Tapi, gak tau juga ya, buktinya ada juga orang yang berjenggot panjang, celana congklang, jubah putih, sorban putih membunuh orang. Ngakunya sih orang beriman dan pengikut ajaran Nabi secara setia dan murni dan tulus....
    Kalau orang bilang sosok semacam ini adalah orang yang taat beribadah, namun menjadi pesaing dalam kehidupan sosial. Makanya mereka takut banget kalau Tuhan mereka direbut orang, nabi mereka diambil orang. Hahahaha, lucu memang ya, katanya Tuhan mereka Maha Kuasa, tapi ko takut kalau ada orang yang mengakui Tuhan mereka sebagai sembahan orang lain.
    Anehnya lagi, kok keberagamaan orang dinilai dari jenggot panjang ya? Padahal kan jenggot itu milik siapa saja, mana ada ya surat izin khusus untuk memiliki jenggot dari Tuhan? Apa memang jenggot milik golongan ya? Katanya jenggot adalah lambang kesalehan orang muslim... Aneh sekali ya... kalau sekarang kan orang berjenggot banyak sekali. Kalau melihat ini, saya jadi teringat dengan sebuah film “Valley of Wolves Palistine”, ternyata jangan salah lho, pemeran aktor pemimpin zionis Israel yang membabi buta karena rasa dendam kepada perjuangan orang Palestina punya brewok, jambang, jenggot (tapi tipis sih). Terus, kalau lambang kesalehan juga dilihat dari jubah, dan sorban, itu kan memang pakaian biasa orang Arab, jangankan Nabi Muhammad dan para sahabat, Abu Jahal, Abu Lahab juga pakai sorban dan jubah lho. Bahkan mungkin lebih tebal dan lebih panjang dari jubah orang biadab yang ada di Indonesia ini yang berani mengumandangkan “Allohu Akbar” ketika membunuh orang lain. Orang Indonesia biadab itu seenaknya memakai “atribut Islam” pada saat kerusuhan dengan Ahmadiyah, melompat keatas, dan kemudian menginjakkan kakinya di atas badan orang yang sudah terkapar.
    Adalagi kasus celana congklang yang lebih seru.... Celana congklang itu juga dijadikan sebagai lambang kesalehan. Katanya sih biar gak sombong. Mang apa kaitannya ya, antara hati dan celana congklang. Bukannya ketika orang memakai sesuatu untuk merasa tidak sombong menjadi bukti kesombongan tersembunyi? Iya gak seh? Coba aja bayangin, orang memakai sesuatu, dan kemudian merasa tidak sombong, hayo???? Itu berarti dia sombong kan dengan ketidak sombongannya??? Oya, tadi saya bilang kalau ada tragedi yang aneh dan paradoks di Indonesia ini. Celana congklang lambang kesalehan itu sering lho penulis lihat dipakai oleh anak-anak Punk. Anehnya, anak-anak Punk di Aceh malah ditangkapin tu... Katanya gak Islami atau melanggar syari’at.
    Nah, kalau gitu urusannya, berbagai lambang kesalehan itu sebenarnya bukan hal yang paling krusial untuk diperdebatkan. Masalah agama ko dikaitkan dengan celana congklang, jubah putih tebal dan panjang, jenggot dan berbagai atribut lainnya. Pada akhirnya kita terbentur sendiri kan dengan fenomena sosial yang ada. Oleh sebab itu, serahkan ajalah urusan agama pada individu masing-masing. Gak usah terlalu sombong dengan kekuasaan kecil. Katanya Tuhan Maha Kuasa, kalau begini caranya berarti kita sudah mengambil kekuasaan Tuhan dunk... Baru jadi Polisi, pengusaha, Bupati, Gubernur, Presiden sudah merasa menjadi tuhan kepada kaum miskin dan minoritas. Mentang-mentang agama mayoritas, seolah-olah sudah jadi merasa paling benar, dan memiliki mandat dari Tuhan untuk mengintimidasi kaum minoritas.
    Sudahlah, cukup sampai di sini kesombongan ini, dan marilah kita hidup bersama, dan berdampingan. Tuhan saja mau kok berdialog dengan Iblis, masa kita sebagai manusia tidak bisa dialog sih? Katanya manusia makhluk paling sempurna yang memiliki akal dan pikiran dan juga makhluk dialogis?????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar