Ungkapan ini memang sederhana, dan seolah tak
bermakna. Namun, tak dapat pula dipungkiri kalau ternyata bukti hidup adalah
mimpi. Mimpi terkadang indah bak bayang surgawi yang tak pernah terbayang. Di
sisi lain, mimpi pun terkadang bagai bau bangkai yang menyengat hidung hingga
tak mampu lagi mencium indah kehidupan. Atau bahkan bagai sengatan neraka yang
katanya setetes percikan apinya bisa memusnahkan bumi dan langit beserta
isinya.
Aku tak akan membahas masalah itu berpanjang
lebar. Bagiku mimpi adalah kemutlakan, ibarat matahari yang saat ini mutlak
terbit dari Timur dan akhirnya terbenam di Barat. Kalau mimpi menjadi sebuah
kemutlakan, maka aku tak perlu takut dan khawatir akan mimpi. Seburuk apa pun,
dan seindah apa pun itu.
Aku tak perlu takut jika mimpi ini akhirnya tak
berlabuh indah di peraduannya, setidaknya aku sudah mencoba, dan membuktikan
bahwa aku hidup dan menghidupi. Dan aku pun tak perlu was-was walau seandainya
tak seorang pun mampu mendorong dan membawaku ke singgasana mimpi. Karena mimpi
pun datang terkadang tanpa rencana dan kuasa.
Aku tak perlu sombong dengan mimpiku yang
indah, karena mimpi pun tak jarang membawaku ke dalam jurang kehancuran yang
tak bertepi.
Kalau mimpi hanya ada dalam hidup, maka aku
harus dan akan terus hidup untuk mimpi. Aku akan terus mengejar mimpi menembus
ruang dan waktu. Tak peduli orang bilang apa, karena telingaku terlalu indah
untuk mendengar cemoohan. Aku pun tak akan pernah peduli dengan ejekan, karena
bibirku terlalu manis untuk meladeni omongan tak bernilai. Dan aku akan tetap
terus hidup melelusuri hidup dengan mimpi.